Total Tayangan Halaman

Rabu, 05 Desember 2012

Kubunuh Kau yang Hidup

bagaimana aku bisa menutup mata ketika sekeliling pandangan sudah rusak tak layak dilihat,
kecuali Kau butakan mataku

bagaimana aku bisa menutup telinga ketika suara- suara didunia bernyanyi sumbang,
kecuali Kau tulikan telingaku

bagaimana aku dapat menutup mulutku, ketika nada galau bersenandung,
kecuali Kau bisukan mulutku

Dosakah aku melihat pemandangan yang tak layak.
Salahkah aku mendengarkan nada sumbang dunia.
Apakah aku tetap bisa bersenandung keyakinan ketika semua mulai membunuh dirinya sendiri. akupun tak tahu apakah ada organ-organ dalam tubuh manusia yang masih benar bersih ketika semua tahu bahwa sekelilingnya adalah bajingan rusuh

ciumannya membisukan mulutku
sentuhanya membakar kulitku
gigitannya melubangi jantungku
jilatannya menggerogoti paru paru
tatapannya menggelapkan mata
suaranya menulikan telinga
perasaannya membunuh indera

selamat tinggal dan selamat datang wahai hitam putih

Catatan Gila

"ya, kebahagiaan, kenikmatan, itu kita sendiri yang buat, fuck with the other" "memandang dunia dengan kacamata pribadi, maaf" ''Gendeng adalah cara yang mudah untuk menikmati, mensyukuri semua karunia dan anugrah Tuhan'' ''gendeng adalah kebutuhan yang ditakutkan manusia karena manusia, bukan Tuhan'' ''orang gendeng di zaman edan adalah orang normal dan sehat yang hakiki'' ''penyakit hati hanyalah untuk orang waras, normal, dan orang yang berpikir'' ''memurtadkan orang-orang murtad, mengkafirkan orang kafir'' ''bertemu orang-orang yang sudah wafat memang menenangkan hati, tapi jangan terlalu sering nanti dunia dilupakan'' "kegilaan adalah anugerah dari Tuhan yang dapat dipelajari bagi orang-orang yang mampu"

Bencana Palestina Karena Ulah Umat Muslim Sendiri

eksistensi Tuhan saat ini ketika melihat muslimin palestina dihancur leburkan oleh yahudi israel dimana? saya pikir ada dua alasan kenapa,, awal mungkin ini sudah dekat dengan yang namamya apocalyps (kiamat) sehingga Tuhan memberikan suatu pertanda besar melalui gencarnya yahudi zionis di muka bumi, sehingga sebentar lagi munculah dajjal, turunnya nabi Isa dan keluarnya Imam Mahdi. kedua, ini adalah balasan Tuhan atas apa yang diperbuat seluruh umat muslim didunia. mereka kebanyakan tidak melakukan apa yang diwajibkan baginya, melanggar yang haram dll. lihat saja indonesia, negara yang 10-20 tahun lalu sebagai prosentase terbesar umat islam yang mencapai 99% hingga saat ini yang cuma 90%, mereka semua melupakan agamanya, busa dilihat dari banyaknya kriminal yang mencakup segala golongan, pejabat korupsi, maling, pemerkosaan, diumbarnya aurat aurat mereka. What The Hell!! ini negara Islam terbesar dan sama sekali tidak memcerminkan keislaman mereka sama sekali. itu masih di indonesia. mungkin ini semua adalah peringatan Tuhan kepada seluruh umat islam dimanapun, kapanpun memberikan suatu yang terbaik untuk kita sendiri bukanlah suatu keegoisan, melainkan keperluan yang hanya dipahami oleh diri kita sendiri, karena orang lain tidak paham. hingga antara kita dan tuhan dan apa yang kita butuhkan untuk tetap dekat denganNya

Kamis, 06 September 2012

ALLAH yang maha adil

Bismillahirrohmanirohim dengan menyebut segala puji bagiMu tuhan. Tuhan yang maha adil Keadilan yang sering tidak dipahami manusia. karena manusia bodoh dan jarang ada yang mau mengenal Tuhannya. keadilan Tuhan bukan berarti sama rata, akan tetapi membuat kondusif dan harmonis, ALLAH menciptakan segalanya berkesinambungan dan saling berkaitan, kita tidak bisa menyangkal itu, orang kaya membutuhkan orang miskin, orang miskin membutuhkan orang kaya. tidakkan pernah berfikir kalau setiap orang disatu kota mempunyai rumah, kendaraan, jabatan tiap personal, harta yang sama banyaknya, apakah ada orang mau membersihakan jalanan setiap hari, menyirami tanaman dipinggir jalan, dll. dengan jabatan yang sama (sebut saja) kepala sekolah, apakah bisa dibayangkan apabila satu kota dihuni oleh kepala sekolah semua?? sangat merusak tatanan hidup. disitulah letak keadilan tuhan yang sering disalah artikan oleh makhluknya, yang selalu menuntut dan tak mau dituntut. menuntut keadilan yang sudah adil.   Adil yang banyak dipahami oleh sebagian besar manusia sebagai kesama-rataan bentuk,posisi, dan jatah. mereka bukannya menuntut keadilan, mereka hanya iri, padahal mereka tidak tahu. coba semua orang memahami ini, mereka mengenal tuhannya, mengenal siapa yang menciptakannya, siapa yang maha agung dan maha adil itu, maka akan tercipta kehidupan yang aman dan tentram. tetapi itu hanya angan belaka, karena semakin berkembangnya zaman, teknologi semakin maju, akan tetapi moral semakin menyusut dan tak tahu bagaimana bentuknya, moral tak begitu penting, sekarang yang penting adalah mencapai cita cita menjadi orang besar, banyak melupakan orang lain yang memang pantas dilupakan (kata mereka). mereka hanya belum sadar. ALLAH sudah benar benar adil. tidak ada yang perlu dirubah.

Kamis, 24 Mei 2012

aku tidak cinta siapa-siapa

aku tidak bilang mencintai TUHAN, karena kelakuan dan hatiku belum mencintaNya 
aku tidak bilang mencintai nabi, karena aku belum bisa dan pantas menjadikan nabi sebagai kekasih 
aku tidak bilang mencintai al-quran yang seharusnya dicinta, karena memang qur'an hanya masih sebagai pelengkap dikala senggang 
aku tak bilang mencintai ilmuMu, karena aku sangatlah tidak mempunyai ilmu dibanding luasnya. 
aku tidak bisa bilang mencintai orang tuaku, setiap hari aku selalu mengecewakannya
aku tidak bisa bilang mencintai saudara-saudaraku, setiap waktu selalu memusuhi mereka
aku tidak bisa bilang mencintai wanita, dia selalu dirugikan dan disakiti 
akupun tidak bisa bilang mencintai hobi, yang mana selalu berubah ubah dibawa zaman
karena aku mungkin tidak cinta siapa siapa.

Selasa, 15 Mei 2012

antara aku, kau dan Tuhanku

malam hari ini begitu indah dengan sabit Mu, begitu anggun berdiri dirangkaian gugus bintang. Walau kau tak sempurna, kau lah yang terindah yang pernah ada sepanjang waktu. Bintang-bintang tak mampu menyaingimu, apalagi lampu-lampu raksasa buatan sang sombong dan angkuh seakan penguasa dunia. Mereka semua tak mampu mengalahkan indahmu, sabit ku hanya antara aku, kau, dan Tuhanku.

Selasa, 01 Mei 2012

Rumusan Matematika Kehidupan

semua itu bertambah, bukan berganti. Tak ada yang bisa hilang, hanya bisa tertutup dan terlupakan berubahpun tidak tepat karena berubah hanya untuk dzat yang halus. Hanya bisa menambahkan hal positif dalam kehidupan untuk menimbun hal-hal negatif sebelumnya. Jangan berubah jadi apapun jadi siapapun belajar dan tambahlah nilai dan berat dalam kamu juga kalian saya adalah saya yang mungkin bertambah baik atau berkurang kebaikan. Begitupun anda dan mereka.

Jumat, 06 April 2012

ISLAMNYA KERAJAAN MAJAPAHIT (sejak awalnya?)

Islamedia:Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini. Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.



‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’.

Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.

Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:

1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.

2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.


3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.

4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.

5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.

Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan. Wallahu A’lam Bishshawab. [sejarah-kompasiana]

http://islamedia.co.nr/

http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit

Minggu, 18 Maret 2012

Biografi K.H. Maimoen Zubair

Jika matahari terbit dari timur, maka mataharinya para santri ini terbit dari Sarang. Pribadi yang santun, jumawa serta rendah hati ini lahir pada hari Kamis, 28 Oktober 1928. Beliau adalah putra pertama dari Kyai Zubair. Seorang Kyai yang tersohor karena kesederhanaan dan sifatnya yang merakyat. Ibundanya adalah putri dari Kyai Ahmad bin Syu’aib, ulama yang kharismatis yang teguh memegang pendirian.

Mbah Moen, begitu orang biasa memanggilnya, adalah insan yang lahir dari gesekan permata dan intan. Dari ayahnya, beliau meneladani ketegasan dan keteguhan, sementara dari kakeknya beliau meneladani rasa kasih sayang dan kedermawanan. Kasih sayang terkadang merontokkan ketegasan, rendah hati seringkali berseberangan dengan ketegasan. Namun dalam pribadi Mbah Moen, semua itu tersinergi secara padan dan seimbang.

Kerasnya kehidupan pesisir tidak membuat sikapnya ikut mengeras. Beliau adalah gambaran sempurna dari pribadi yang santun dan matang. Semua itu bukanlah kebetulan, sebab sejak dini beliau yang hidup dalam tradisi pesantren diasuh langsung oleh ayah dan kakeknya sendiri. Beliau membuktikan bahwa ilmu tidak harus menyulap pemiliknya menjadi tinggi hati ataupun ekslusif dibanding yang lainnya.

Kesehariannya adalah aktualisasi dari semua itu. Walau banyak dikenal dan mengenal erat tokoh-tokoh nasional, tapi itu tidak menjadikannya tercerabut dari basis tradisinya semula. Sementara walau sering kali menjadi peraduan bagi keluh kesah masyarakat, tapi semua itu tetap tidak menghalanginya untuk menyelami dunia luar, tepatnya yang tidak berhubungan dengan kebiasaan di pesantren sekalipun.

Kematangan ilmunya tidak ada satupun yang meragukan. Sebab sedari balita ia sudah dibesarkan dengan ilmu-ilmu agama. Sebelum menginjak remaja, beliau diasuh langsung oleh ayahnya untuk menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain. Dan siapapun zaman itu tidaklah menyangsikan, bahwa ayahnda Kyai Maimoen, Kyai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky. Dua ulama yang kesohor pada saat itu.

Kecemerlangan demi kecermelangan tidak heran menghiasi langkahnya menuju dewasa. Pada usia yang masih muda, kira-kira 17 tahun, Beliau sudah hafal diluar kepala kiab-kitab nadzam, diantaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah fil Faroidl. Seiring pula dengan kepiawaiannya melahap kitab-kitab fiqh madzhab Asy-Syafi’I, semisal Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab dan lain sebagainya.

Pada tahun kemerdekaan, Beliau memulai pengembaraannya guna ngangsu kaweruh ke Pondok Lirboyo Kediri, dibawah bimbingan KH. Abdul Karim yang terkenal dengan Mbah Manaf. Selain kepada Mbah Manaf, Beliau juga menimba ilmu agama dari KH. Mahrus Ali juga KH. Marzuqi.

Di pondok Lirboyo, pribadi yang sudah cemerlang ini masih diasah pula selama kurang lebih lima tahun. Waktu yang melelahkan bagi orang kebanyakan, tapi tentu masih belum cukup untuk menegak habis ilmu pengetahuan.

Tanpa kenal batas, Beliau tetap menceburkan dirinya dalam samudra ilmu-ilmu agama. Sampai pada akhirnya, saat menginjak usia 21 tahun, beliau menuruti panggilan jiwanya untuk mengembara ke Makkah Al-Mukarromah. Perjalanan ini diiringi oleh kakeknya sendiri, yakni KH. Ahmad bin Syu’aib.

Tidak hanya satu, semua mata air ilmu agama dihampirinya. Beliau menerima ilmu dari sekian banyak orang ternama dibidangnya, antara lain Sayyid ‘Alawi bin Abbas Al-Maliki, Syaikh Al-Imam Hasan Al-Masysyath, Sayyid Amin Al-Quthbi, Syaikh Yasin bin Isa Al- Fadani dan masih banyak lagi.

Dua tahun lebih Beliau menetap di Makkah Al- Mukarromah. Sekembalinya dari Tanah suci, Beliau masih melanjutkan semangatnya untuk “ngangsu kaweruh” yang tak pernah surut. Walau sudah dari Arab, Belaiau masih meluangkan waktu untuk memperkaya pengetahuannya dengan belajar kepada Ulama-ulama’ besar tanah Jawa saat itu. Diantara yang bisa disebut namanya adalah KH. Baidlowi (mertua beliau), serta KH. Ma’shum, keduanya tinggal di Lasem. Selanjutnya KH. Ali Ma’shum Krapyak Jogjakarta, KH. Bisri Musthofa, Rembang, KH. Abdul Wahhab Hasbullah, KH. Mushlih Mranggen, KH. Abbas, Buntet Cirebon, Sayikh Ihsan, Jampes Kediri dan juga KH. Abul Fadhol, Senori.

Pada tahun 1965 beliau mengabdikan diri untuk berkhidmat pada ilmu-ilmu agama. Hal itu diiringi dengan berdirinya Pondok Pesantren yang berada disisi kediaman Beliau. Pesantren yang sekarang dikenal dengan nama Al-Anwar. Satu dari sekian pesantren yang ada di Sarang.

Keharuman nama dan kebesaran Beliau sudah tidak bisa dibatasi lagi dengan peta geografis. Banyak sudah ulama-ulama dan santri yang berhasil “jadi orang” karena ikut di-gulo wentah dalam pesantren Beliau. Sudah terbukti bahwa ilmu-ilmu yang Belaiu miliki tidak cuma membesarkan jiwa Beliau secara pribadi, tapi juga membesarkan setiap santri yang bersungguh-sungguh mengecap tetesan ilmu dari Beliau.

Tiada harapan lain, semoga Allah memanjangkan umurnya, juga melindungi Beliau demi kemaslahatan kita bersama di dunia dan akherat. Amin

Biografi K.H. Masduqie Mahfudz

KH. Drs. Achmad Masduqi Machfudz dilahirkan di desa Saripan (Syarifan) Jepara Jawa Tengah pada 1 Juli 1935. Di desa tersebut, terdapat sebuah makam kuno yang banyak dikenal orang dengan Mbah Jenggolo. Alkisah, berkat karomah dari Mbah Jenggolo ini, dulu ketika baru ada radio dan televisi, siapa saja yang membawa ke desa ini pasti gila. Penyakit gila ini baru akan sembuh kalau kedua alat elektronik dikeluarkan dari Saripan. Keadaan seperti ini masih bisa ditemui semasa Kyai Masduqi masih kecil. Namun perlahan-perlahan seiring dengan perubahan zaman, karomah ini berangsur surut hingga hilang sama sekali.

Melihat lingkungannya yang seperti itu, ditambah dengan lingkungan keluarga yang taat dan fanatik terhadap agama serta memiliki semangat juang yang tinggi untuk menegakkan kebenaran dan menyebarkan agama Allah.

-Jalur Keturunan dari Ayah-
Jika dilihat dari jalur keturunan Ayah ini, tidak dapat diketahui secara terperinci tetapi yang jelas seluruh keluarga beliau adalah termasuk orang-orang yang gigih berjuang dalam mensyiarkan agama Allah. Jalur keturunan ayah ini terputus hingga kakek beliau saja.

Kakek beliau ini termasuk tokoh agama yang disegani dalam lingkungan masyarakat mereka. Perjuangannya tidak hanya terhadap orang awam saja, melainkan kepada seluruh lapisan masyarakat bahkan yang jahat sekalipun. Beliau bahkan dengan gigih menaklukkan orang-orang jahat yang banyak berkeliaran saat itu. Hingga beliau mampu merubah pola tingkah laku mereka itu menjadi orang yang taat menjalankan agama Allah.

Semangat jihad, fanatik dan ketaatan menjalankan agama serta keberanian membela kebenaran ini secara terus menerus ditempa dan ditekankan oleh Kyai Machfudz, Kyai Masduqi. Maka tidak heran bila sifat-sifat tersebut sangat melekat pada diri Kyai Masduqi dalam menegakkan agama Allah.

-Jalur Keturunan dari Ibu-
Bila ditelusuri dari garis keturunan ibu ini dapat dilihat dari Syeikh Abdullah al Asyik Ibn Muhammad. Beliau adalah seorang Jogoboyo dari kerajaan Mataram. Alkisah salah satu keampuhan beliau adalah setiap ada mara bahaya yang akan mengancam kerajaan, beliau memukul bedug untuk mengingatkan penduduk dari cukup dari rumahnya. Suara bedug ini terdengar keseantero kerajaan Mataram. Pada makamnya yang terletak di Tayu Pati, tertulis "Makom niki dipun bangun Bagus Salman bongso jin" (makam ini dibangun Bagus Salman bangsa Jin).

Dari Syeikh Abdullah al Asyik inilah menurunkan nenek KH. Achmad Masduqi Machfudz yaitu Nyai Taslimah. Dikalangan masyarakat Nyai Taslimah sebagai seorang pewaris perjuangan Syeikh Abdullah al Asyik Ibn Muhammad, dikenal sebagai seorang penyebar agama. Ditangannya tidak sedikit orang yang diislamkan. Mereka yang asalnya belum beragama dengan baik akhirnya menjadi santri Nyai Taslimah.

Dari pernikahannya dengan Kyai Asmo Dul, Nyai Taslimah dikaruniai dua rang putri, yaitu Chafshoh dan Masfufah. Beliau juga mengangkat seorang anak angkat yang bernama Suyuti.

Putri beliau yang pertama; Chafsoh dipersunting oleh Kyai Machfudz, putra dari Bapak Arso Husein dengan Ibu Saumi. Dari pernikahan ini, keduanya dikarunia 14 putra-putri. Mereka ini adalah:

Muainamah (Alm)
Achmad Fahrurrazi (Alm)
Khadijah (Alm)
Achmad Masduqi (Malang)
Sa'adah (Alm)
Achmad Said (Alm)
Sofiyah (Alm)
Achmad Shohib (Alm)
Achmad Zahid (Malang)
Ahmed Mas'udi (Jakarta)
Achmad Zahri (Alm)
Achmad Maskuri (Alm)
Aslihah (Malang)
Achmad Mujab (Jepara)
Dari keempat belas putra-putri Nyai Chafsoh ini, tujuh diantaranya meninggal dunia ketika masih kecil dan remaja. Kyai Masduqi merupakan putra keempat dan merupakan putra sulung yang hidup.

-Kehidupan Keluarga KH. Achmad Masduqi Machfudz-
KH. Achmad Masduqie Machfudz, terkenal seorang yang dalam kehidupan sehari-hari cukup sederhana. Corak kehidupan keluarga yang beliau bangun sama sekali jauh dari citra kemewahan. Kesederhanaan yang dicitrakan Kyai Machfudz sangat membias pada keluarga Kyai Masduqi. Terlebih sejak kecil, Kyai Masduqi sangat gigih dalam menekuni bidang keilmuan terutama ilmu agama. Salah satu prinsip hidup beliau adalah:

"Kalau kita sudah meraih berbagai macam ilmu terlebih ilmu agama, maka kebahagiaan yang akan kita capai tidak saja kebahagiaan akhirat, akan tetapi kebahagiaan duniapun akan teraih."

Dari hasil pernikahannya dengan Nyai Chasinah putri dari KH. Chamzawi Umar pada 7 Juli 1957 dalam usia 22 tahun, beliau dikaruniau 9 orang anak, yaitu:

1. Mushoddaqul Umam, S.Pd dilahirkan di Tarakan Kalimantan Timur, tanggal 21 Juli 1958. Saat ini di kediamannya di Jl. Danau Kerinci IV, E15, disamping kesibukan sehari-hari sebagai kepala sekolah SMA 2 malang, dan menjadi dosen di UNISMA, guru bahasa Inggris yang pernah mondok di Pesantren Roudlotul Tolibin Rembang ini, juga merintis majlis Ta'lim untuk orang tua dan siswa SD, SMP, SMU dan Mahasiswa. (mohon doanya)
2. Muhammad Luthfillah, SE, dilahirkan di Rembang Jawa Tengah pada tanggal 28 Oktober 1959. Sarjana Ekonomi dari UNIBRAW yang sebelumnya menempuh pendidikan di Pesantren Roudlotul Tolibin Rembang ini, saat ini menjadi pengurus PP.Pagar Nusa dan pembimbing KBIH Mabruro
3. dr. Moch. Shobachun Niam SpB-KBD. dilahirkan di Samarinda Kalimantan Timur pada 25 Agustus 1961, alumnus Pesantren Roudlotut Tolibin Rembang ini, menjadi dokter spesialis bedah di malang, yang pernah menamatkan studi di Universitas Brawijaya, sempat dikirim ke poliwali -sulawesi juga manjabat sebagai pengurus PBNU sulawesi yang sekarang meneruskan studi S3 kedokteran di semarang.
4. M. Taqiyyuddin Alawiy, dilahirkan di Malang pada 8 April 1963. Setelah menyelesaikan studi di Pesantren Al Anwar Sarang Rembang, meneruskan studi di Fakultas Tehnik UNISMA Malang. Saat ini, disamping menjadi dosen di Institusi yang sama, juga menjadi Rais Syuriah MWC Kedung Kandang Malang, juga sebagai pengajar di pesantren Nurul Huda Malang.
5. Dra. Roudlotul Hasanah, dilahirkan di Malang pada 8 Maret 1965, setelah mondok di Pesantren Tambakberas Jombang, memperoleh gelar Sarjana Bahasa Inggris di IAIN Malang (sekarang UIN), dalam kesehariaannya mengajar di MTSN Sepanjang Gondalegi Malang, yang sekarang menyelesaikan studi S2 di universitas malang, juga menjadi salah seorang tenaga pengajar pada Pesantren Nurul Huda Malang.
6. Isyroqunnadjah, M.Ag. dilahirkan di Malang pada 18 Februari 1967, menyelesaikan studi S2 di PPS IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Saat ini alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini, disamping menjadi Ketua Program Bahasa Arab di UIN, menjadi Mudirul Ma'had di pondok UIN malik ibrahim malang, juga menjadi wakil sekretaris Rabithah Maahidil Islam, Cabang Malang.
7. Dra. Badiatus Shidqoh, dilahirkan di Malang pada 11 April 1968. saat ini alumnus Pesantren Tambakberas Jombang ini menjadi tenaga pengajar pada STIE Malangkucecwara Malang, juga menjadi pengasuh PonPes Tahfidzul Qur'an Nurul Huda malang
8. Fauchatul Fithriyyah. S.Ag. dilahirkan di Malang pada 25 Agustus 1970, Memperoleh gelar sarjana di STAIN Malang (sekarang UIN) setelah sebelumnya mondok di PP. Maslakul Huda Kajen Pati Jateng, mengelola beberapa TPQ binaan Pesantren Nurul Huda, juga menjadi tenaga pengajar pada Pesantren Nurul Huda Malang.
9. Achmad Shampton Mas, SHI. dilahirkan di Malang pada 23 April 1972, selepas SMP, mondok di Pesantren Lirboyo Kediri dan beberapa Pesantren di sekitar Kediri. Memperoleh gelar sarjana di STAIN Malang (sekarang UIN), saat ini menjadi pengurus di departemen agama malang, yang juga menjadi khodim/pengajar Pesantren Nurul Huda

Sebelum memasuki dunia perkuliahan seluruh putra dan putri beliau tanpa kecuali diharuskan mengenyam pendidikan di pesantren. Ini merupakan prinsip yang ditanamkan Kyai Masduqi para putra putrinya. Dari pengalaman mengaji di pesantren ini, meskipun background pendidikan putra putri beliau beragam, mereka mampu menjalankan amanah dakwah di tengah-tengah masyarakat.

-Pendidikan Formal-
KH. Achmad Masduqi Machfudz terlahir di tengah-tengah keluarga religius yang taat dan fanatik terhadap agama Islam. Sehingga sejak kecil beliau sudah dihiasi dengan tingkah laku, sikap dan pandangan hidup ala santri. Karena itu pula, Kyai Machfudz orang tua beliau tidak menghendaki Kyai Masduqi kecil untuk bersekolah di sekolah umum, cukup di sekolah agama saja.

Tetapi larangan orang tua ini tidak mematahkan semangat Kyai Masduqi kecil untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang tidak terbatas hanya dibidang agama saja. Dengan semangat tinggi, Kyai Masduqi menimba ilmu di pesantren dan sekolah umum dengan biaya sendiri dengan menyempatkan berkeliling menjual sabun dan kebutuhan yang lain tanpa sepengetahuan kyai atau orang tuanya sendiri.

-Adapun pendidikan formal yang telah beliau selesaikan antara lain:-

Sekolah Rakyat di Jepara, 1942 - 1948
SMP di Jepara, 1950 - 1953
Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) di Yogyakarta, 1953 - 1957
IAIN Sunan Ampel Malang, 1962 - 1966
IAIN Sunan Ampel Malang (program doktoral) 1975 - 1977
Ketekunan, keuletan dan semangat juang yang tinggi, Kyai Masduqi akhirnya mampu meraih berbagai macam ilmu pengetahuan baik dibidang agama maupun pengetahuan umum.

-Pendidikan non Formal-
KH. Achmad Masduqi Mahfudz sejak berusia 5 tahun tepatnya pada tahun 1939 sudah diselenggarakan di madrasah ibtidaiyah di kampungnya yang pada waktu itu dikenal dengan istilah "Sekolah Arab", karena di sini pelajarannya semua berbahasa arab. Beliau belajar di sekolah ini selama kurang lebih lima tahun yaitu dari tahun 1939-1944, di sinilah beliau mulai mempelajari dasar-dasar berbahasa arab dan agama Islam.

Kemudian setelah beliau menyelesaikan sekolahnya dan mempunyai dasar yang cukup, beliau meneruskan belajarnya di pondok pesantren Jepara. Di sini beliau belajar kurang lebih selama 8 tahun, yakni dari tahun 1945 - 1953, dan menyelesaikan Madrasah Tsanawiyah pondok selama 3 tahun.

Pondok pesantren Jepara ini diasuh oleh Kyai Abdul Qadir, di sini beliau belajar ilmu-ilmu alat yakni nahwu dan shorof, fiqih, tauhid dan lain-lain, karena beliau belajar di sini sudah cukup lama, maka tidak heran jika ilmu-ilmu tersebut sedikit banyak telah beliau kuasai.

Setelah menyelesaikan pelajarannya di pondok pesantren Jepara, beliau masih merasa belum cukup ilmu pengetahuan agamanya, dan akhirnya beliau pergi untuk belajar di Pondok Pesantren Krapyak.

Selasa, 13 Maret 2012

air, api, dan tanah di warung ketan

di warung ketan tercinta
kukenang saat ketika 3 orang lelaki sedang menentukan masa depannya
air, api, dan tanah
air yang menghidupi seluruh alam, menyuburkan tanaman, mengusir dahaga, menjernikan kesesatan
api yang berkobar tiada henti, tak peduli siapa yang menghadang didepan akan dibakarnya, yang sekarang telah menjadi api biru yang dapat melihat mana musuh yang harus dibakar, mana musuh yang harus dilindungi
tanah yang tak lekang oleh zaman, tak habis tergerus air walaupun banjir menghampiri, tak hangus terbakar api ketika wabah datang, sosok yang kalem, pelan, tenang, walau kadang dapat menimbulkan gempa, tetapi sekarang sudah apa paku yang menancap ditanah, tidak lagi bergetar, walau bumi bergemuruh, tak lagi hanyut, saat air menghapirinya.

Disini di warung ketan tercinta

Selasa, 06 Maret 2012

kau yang dahulu kucinta

keindahanmu telah pudar, sekarang tak ada lagi yang bisa kau banggakan, kecuali perhiasan usangmu yang sebentar lagi terlebur dalam neraka yang kau ciptakan sendiri.

Bagaimana kau bisa kubanggakan kalau kau memang tak mau dibanggakan.

Bagaimana kau bisa kucinta kalau kau kering akan itu.
Lalu, maumu apa? Berharap hujan emas, mengharapkan keberuntungan yang mustahil?

Ah, aku bingung mau kuapakan kau.
Kucampakkan, kumasih cinta
kupertahankan, kau mulai rusak, kau pun mulai mencintai liang lahat, bukannya tahta

Aku Harus Bagaimana

bagaimana aku bisa menutup mata ketika sekeliling pandangan sudah rusak tak layak dilihat,
kecuali Kau butakan mataku

bagaimana aku bisa menutup telinga ketika suara- suara didunia bernyanyi sumbang,
kecuali Kau tulikan telingaku

bagaimana aku dapat menutup mulutku, ketika nada galau bersenandung,
kecuali Kau bisukan mulutku

Dosakah aku melihat pemandangan yang tak layak.
Apakah aku salah mendengarkan nada sumbang dunia.
Apkah aku tetap bisa bersenandung keyakinan ketika semua mulai membunuh dirinya sendiri.